Kamis, 16 September 2010
Cerpen : BERARTI.... ISRAEL ITU TERORIS MI?
Lantas, dimana awalnya kau sembunyikan nuranimu ??. di kantong celanamu yang tempo hari itukah ??, yang sudah jelas-jelas ada bolong besar di ujungnya ??.. hm, pantas.. pasti tanpa sengaja nuranimu jatuh, entah dimana.. dan musnah !
Aku tersenyum simpul membaca bagian awal salah satu artikel dimajalah islami langgananku. Pernyataan sindiran sang penulis menarik perhatianku untuk membaca kelanjutan isinya. Kususuri paragraph demi paragraph. Sebuah artikel yang bercerita tentang kekejaman. Miris.
“ummi, Nayla mau pipis..”, suara si kecil Nayla membuyarkan konsentrasi membacaku. Aku langsung meletakkan majalahku.
“ayuk sayang.. “, ajakku.
Selasa, 10 Agustus 2010
cerpen: KAMI YANG TAK SEELOK PELANGI
‘Huuauuaaa…. Mamah, huhuu…”. Terdengar suara tangis Arini, setelah sebelumnya telingaku menangkap gelegar gagah petir yang tengah asik dalam pentasnya. Itulah yang mengajak Arini menangis. Arini yang tengah tertidur, terbangun karenanya. Langkah kaki mamah Arini terdengar tergopoh-gopoh menyongsong anaknya. Ditenangkannya tangis anak semata wayangnya itu. Sekitar sepuluh menit sudah Arini berada dalam buai kalimat-kalimat menenangkan mamahnya. Sepertinya usaha itu cukup berhasil. Hanya isak sesenggukan Arini yang tersisa. Sentuhan kasih sayang seorang ibu memanglah luar biasa. Walau hanya meluangkan beberapa menit dalam sibuknya, ia mampu menyihir semua. Dibuatnya anaknya bisa tersenyum tatkala awalnya ia menangis. Dibuatnya anaknya bisa tenang, tatkala awalnya ia merasa gundah. Dibuatnya anaknya merasa hebat, tatkala awalnya ia merasa dirinya tak berguna.
Arini, seorang bocah berusia 4 tahun. Matanya bulat berbinar, Bulu matanya lentik, Bibirnya mungil , pipinya yang berlesung menambahnya semakin terlihat menggemaskan. Aku suka melihat tingkahnya saat ia bercerita, menyanyi, atau sekedar bergurau denganku. Polos, tak dibuat-buat. Lincah, tanpa basa-basi.
Jumat, 14 Mei 2010
KITA
Rabbi…, terima kasih Engkau masih bersama kami dalam ikhtiar kami membina kemesraan ukhuwah
Rasulullah…, terima kasih tlah menjadi uswah yang tak tertandingi dalam kasih sayang dengan para sahabatmu
Dan dirimu, kawan… terima kasih telah ikhlas dan rela, menjadi pelenyap segala kelelahanku
Duhai pencerah hari-hariku yang tak pernah membatu..
Sengaja kutulis ini dengan bekal rasa sayangku padamu..
Dalam lembaran-lembaran hati nan tulus mencintaimu
Dan sebuah pena dengan tinta kasih yang sarat akan rasaku
Yang ada dalam genggam tanganku yang bersimbah haru
Hanya untukmu, kawan..
Demi mengenang celoteh kita yang mungkin akan jadi serpihan
Rabu, 14 April 2010
UKHTI..
Surat ini untukmu, ukhti..
Teruntuk jiwa yang penuh akan karunia kelembutan..
Teruntuk raga yang tlah banyak Allah berikan padanya bekal keindahan..
Apa kabar imanmu, ukhti ?
Apakah masih seperti dulu, berhias azzam yang kuat ?
Apa kabar perangaimu, ukhti ?
Apakah masih seperti dulu, terhias akan kesantunan ?
Ukhti, diri ini miris melihat fenomena yang kini terhidang
Keindahan dan keanggunan milikmu kini telah terlecehkan
Minggu, 28 Maret 2010
cerpen : BUATLAH BIDADARI IRI PADAMU, NAK..
Demi perasaan ini, ku terdiam menahan pilu.
Menahan butiran air mata yang mendesak ingin bebas.
Ku tahan, ku kekang, dan ku bungkam.
maka, semakin terasa keperihannya.
Menusuk, dan membuatku tak berdaya.
Tanpamu, ku sempat terkulai lesu dalam hariku.
Menahan butiran air mata yang mendesak ingin bebas.
Ku tahan, ku kekang, dan ku bungkam.
maka, semakin terasa keperihannya.
Menusuk, dan membuatku tak berdaya.
Tanpamu, ku sempat terkulai lesu dalam hariku.
Saat itu aku berada di ambang gerbang sekolah, memperhatikan satu persatu wajah teman-temanku yang melintas. Disitu, banyak sekali raut yang kutangkap. Ada raut gembira, sedih, kecewa, bahkan perpaduan dari ketiganya. Namun, satu hal yang membuatku amat tersiksa, bahkan keluh tak pernah terlewatkan saat melihatnya. Ada dendam keirian mendalam yang merayap di benak, yang lamat-lamat menyusup dalam kalut jiwaku.
Sabtu, 02 Januari 2010
UNTUKMU SUAMIKU
Teruntuk jiwa yang masih ada dalam angan
Teruntuk raga yang aku tau, masih Allah samarkan
Aku tak tau knapa bathin ini tiba-tiba gelisah
Membayangkan sosok yang entah aku tak tau bagaimana rupa, perangai, atau bahkan bayangan tubuhnya
Membayangkan sosok yang entah aku tak tau bagaimana rupa, perangai, atau bahkan bayangan tubuhnya
Manusia memang tak pernah luput dari harapan. Dibenaknya selalu dipenuhi dengan jutaan angan.
Namun angan tak akan pernah menetas menjadi “sesuatu” yang mempesona, bila tak ada bait-bait doa yang berikut campur.
Aku tau aku, aku bukan Fatimah ra yang mulia. taqwaku juga mungkin jauh berbeda dengan Aisyah ra. Cantikku apalagi.. tak secantik Zainab ra. Hartapun tak semelimpah Khodijah ra istri nabi.
Tapi...
apa salahnya aku ingin memiliki suami yang tak hanya pandai memujaku, tetapi juga dapat menasehatiku
punya sebongkah hati bijak, bukan hanya otak yang cemerlang
Seorang yang menjadikanku merasa sebagai wanita shalehah ketika berada di sisinya
Lelaki lembut dalam perilaku dan tutur kata, yang berani melayarkan bahtera rumahtangga tanpa gentar
Harapkan doaku untuk hadapi rintangannya, Butuhkan senyumku dalam lelahnya
Setidaknya, aku merasa ADA dan BERGUNA disisinya :)
Langganan:
Postingan (Atom)