Minggu, 14 September 2014

BOCAH-BOCAH TUKO

Sebentar lagi, tepat sebulan saya dkk meninggalkan Tuko. Desa penuh kenangan di Purwodadi, Kabupaten Grobogan. Sebulan lebih kami disana, seumur hidup mungkin kami mengenangnya. 
Bagi kami, Tuko bukan sekedar desa dengan jalannya yang berlobang-lobang, atau debunya yang menjengkelkan. Tuko bukan sekedar desa yang terkenal akan sate kambingnya, Tuko lebih dari sekedar semua yang orang ceritakan. Saya rasa, kami punya separuh hati yang tertinggal disana. Separuh hati yang kami tinggal bersama bang freddy, mak yah, mbak mah, ibu puji, bapak puji, mas cilok, dan tentunya bocah-bocah Tuko yang hampir setiap hari mengisi hari-hari kami disana. Tak penting mereka anak bos, anak guru, anak bidan, petani, pedagang, atau siapapun. Yang terpenting adalah semangat yang selalu mereka bawa ke posko kami di samping warung sate Hj.Sarinem. Juga antusias mereka mengikuti sosialisasi-sosialisasi kami yang ala kadarnya.

Kuliah Kerja Nyata memberi banyak sekali pengalaman hidup. Percayalah, dimanapun tempat KKNnya, siapapun teman sekelompoknya, dan apapun program kerjanya, kesemuanya tentu menyuguhkan pengalaman yang berbeda-beda.Semua punya kesan tersendiri, semua punya ikatan emosional tersendiri. Tinggal bagaimana pribadi kita mengambil pelajaran dari semua itu.

Bangun pagi di Tuko dengan udara dingin yang menyergap dan senyum teman-teman yang mengucapkan selamat pagi adalah salah satu dari sekian hal manis yang  teraduk dalam cangkir KKN kami. Ada Tika yang senang mandi, ada Dewi yang langsung membuat teh, ada Sintya yang langsung mengecek hpnya, ada Dian yang selalu memilih tidur sendiri, Buana yang langsung sibuk dengan gamenya, Lina yang selalu bangun paling akhir, Yhuto yang tak ingin melewatkan waktu untuk menyelesaikan tugas-tugasnya, serta saya yang selalu bertekad menceritakan tentang mereka disini :)

Program kami tak muluk-muluk. Sederhana, tapi terkesan sibuk.Dengan Tema Kabupaten Layak Anak, ada tiga kegiatan utama yang diangkat.
Pertama, kami mempunyai program sosialisasi sikat gigi dan mencuci tangan di SD, PAUD dan TK. Kegiatan ini bisa dibilang opening program kami disini. Dengan sosialisasi yang dilakukan setiap hari, hampir semua bocah Tuko yang mengenyam bangku sekolah mengenal kami. Inez dkk contohnya, atau Hanum yang tampan, juga Fajar, Rizky, serta berpuluh bocah Tuko lain yang celotehnya tak mungkin kami lupakan.


Sosialisasi ini kami buka dengan pemutaran video yang dilanjutkan dengan pemaparan dari Lina, ice breaking dari Dian, Praktek dengan saya, serta pembagian bingkisan untuk jagoan-jaoan yang berani maju kedepan.
Kami selalu bingung ketika semua anak mengangkat tangannya untuk maju. Semangat anak-anak memang selalu ada, tapi apadaya kami hanya bisa membagikan stiker untuk semua. Karena bingkisan yang kami bawa jumlahnya amat terbatas.


Selain sosialisasi, ada rumah pintar. Saat matahari sudah mengambang diatas kepala, bocah-bocah Tuko mengantarkan kesejukan ke posko kami. Mereka berbondong-bondong membawa buku apa saja untuk belajar bersama disana. Lengkap dengan sepeda-sepedanya yang memenuhi teras, bocah-bocah ini terus mengayuh cita-cita mereka dengan bekal ilmu yang  didapat dimana saja. Termasuk dari posko sederhana kami.

Kami berdelapan tak semuanya mempunyai basic guru. Namun semua tak sungkan untuk mengajarkan apa saja pada bocah-bocah yang haus akan ilmu ini. Bukankah Tugas yang terdidik adalah mendidik?, ya! kami semua sudah terdidik di kampus tercinta kami. Ini giliran kami untuk mendidik mereka.

Kadang ketika jenuh, kami ajak mereka sekedar bernyanyi, menggambar, atau menonton film. Karena yang namanya anak-anak,  mereka tak suka hal yang terus menerus serius. Suguhkan hal-hal ringan yang tetap mengajarkan mereka banyak hal yang baik.

dan program utama yang ketiga, kami mengadakan lomba mewarnai untuk anak TK dan PAUD serta lomba mural tong sampah untuk siswa SD. Mural tong sampah ini adalah salah satu upaya kami memunculkan kesadaran anak-anak untuk membuang sampah ditempatnya. Dengan melihat tong sampah yang mereka lukis sendiri, kami harap mereka lebih senang membuang sampah di tongnya.


Hal lain yang tidak akan kami lupakan di Tuko adalah soto mak yah yang hanya 2000 rupiah, pak pri yang sering memberi makanan pada kami, warung mbak mah yang ada televisinya, alfamart satu-satunya di panunggalan, bapak dan ibu muji yang selalu baik pada kami, ibu yayuk yang sempat membantu program kami, senyum bang freddy yang senantiasa mengiringi langkah kami, pak carik yang ramah, masjid depan balai desa yang jadi saksi bisu bahwa kami sering pulang ketika baru delapan rokaat berjalan :p. Tapi atas itu semua, bocah-bocah Tuko lah yang paling teristimewa :)

ah ya! ada salah satu rekomendasi wisata ketika kalian mungkin berkunjung ke grobogan, Bledug Kuwu. objek wisata lumpur mirip seperti lapindo. Jangan pernah lewatkan sunset di bledug kuwu. pesonanya yang amat syahdu, sesyahdu kenangan kita bersama bocah-bocah Tuko nan lugu.


Surakarta, September 2014
Kak Hasna yang selalu menyayangi kalian :*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar