Senin, 07 Oktober 2013

SOLO KOTA INKLUSI

Selama ini Solo dikenal sebagai kota budaya, kota kuliner, kota batik, dan lain sebagainya. Namun akhir-akhir ini ada sebutan baru, yakni Solo kota layak untuk anak. Slogan ini pernah pula saya baca secara langsung dipinggir jalan.
Kota Layak untuk Anak mempunyai indikator bagaimana hak-hak setiap anak dapat terpenuhi dan terlindungi dengan baik, tanpa diskriminatif. Termasuk didalamnya menyangkut aspek pendidikan. Saat ini Solo terus berbenah demi mengupayakan pendidikan berkualitas yang merata, termasuk pendidikan bagi anak-anak difabel atau Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). 

Tahun 2013 ini melalui Direktorat Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus Pendidikan Dasar, Solo ditunjuk Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI untuk menjadi salah satu Kota Pengembang Pendidikan Inklusif di Indonesia.


Potensi Solo sebagai kota Inklusi tidak perlu diragukan lagi. Solo mempunyai Prof.Dr.Soeharso, tokoh nasional yang fenomenal dalam pendidikan ABK. Solo juga dikenal sebagai salah satu kota terlengkap dalam penyelenggaraan SLB mulai dari jenis A hingga E. Saat ini tengah dibangun Pusat Layanan Autis (PLA) di Mojosongo. Dan masih ada potensi-potensi lain dari kota Solo yang dapat menguatkannya menjadi Kota Inklusi.

Saat ini Pendidikan Inklusif di kota Surakarta sudah diimplementasikan pada 13 sekolah. Pada tahun ini jumlahnya akan terus bertambah demi pemerataan setiap daerah. Advokasi pendampingan terhadap program penyelenggaraan pendidikan inklusif pada jenjang pendidikan tersebut dilakukan oleh Dinas Pendidikan Kota Surakarta dibantu Asosiasi Pendidikan Inklusif dan Kelompok Kerja Guru Sekolah Inklusi.

Permasalahan Saat ini:
  1. Regulasi tentang pendidikan inklusif masih bersifat makro
  2. kurikulum sekolah belum adaptif
  3. Sarana dan Prasarana bellum aksesibel bagi ABK
  4. Sistem sekolah yang terikat pada model segregasi
  5. Kurangnya kolaborasi antar profesi dalam menangani ABK
  6. Kurangnya komitmen dari komponen sekolah terhadap Pendidikan inklusi
Sumber Daya Pendukung
  1. Adanya Perguruan tinggi yang berkonsentrasi pada pelaksanaan pendidikan inklusif (UNS)
  2. Secara historis keberadaan YPAC Prof Dr. Soeharso menginspirasi kepedulian masyarakat
  3. Secara umum penataan Solo sudah berpihak pada pemenuhan kebutuhan aksesibilitas ABK
  4. Bnyaknya klinik-klinik untuk ABK
  5. Adanya Asosiasi pendidikan Inklusif
  6. adanya lembaga-lembaga percontohan pelaksanaan pendidikan inklusif
Indikator Keberhasilan
  1. Kota memiliki peraturan tentang penyelengaraan pendidikan inklusif
  2. Kota mengalokasikan dana khusus untuk penyelenggaraan pendidikan inklusif
  3. Kota sekurang-kurangnya mempunyai satu pusat sumber yang dilengkapi sumber daya pendidikan khusus dan media pendidikan khusus. 
  4. Kota memiliki sekolah inklusi model
  5. Kota memiliki kelompok kerja pendidikan inklusif yang secara professional membantu pemerintah dalam penyelengggaraan pendidikan inklusif
  6. Kota memiliki pusatdata ABK usia sekolah yang valid dan reliabel
  7. Kota mencapai angka partisipasi masuk ABK sekurang kurangnya 65% pada tahun 2014
  8. Tiap kecamatan sekurang-kurangnya terdapat 1 SD dan satu SMP yang secara aktif memberikan layanan pendidikan bagi semua anak tanpa diskriminasi
  9. Sekolah inklusif sekurang-kurangnya memiliki satu guru pembimbing khusus dengan latar belakang pendidikan khusus atau sudah memperoleh pelatihan khusus
  10. Tiap kecamatan mempunyai pusat informasi yang terkait dengan penyelenggaraan pendidikan inklusif
  11. sekolah inklusi memiliki ruang sumber yang dilengkapi fasilitas utama layanan kekhususan dan media pembelajaran khusus
Rencana Aksi
  1. Pembentukan/Pemberdayaan Kelompok Kerja pendidikan inklusif
  2. Penyusunan dan Evaluasi Grand design program pendidikan inklusif
  3. Pendataan ABK belum sekolah dan peneluasuran ABK Pasca sekolah
  4. Pendampingan sekolah inklusi
  5. Pengangkatan dan Peningkatan Kapasitas SDM
  6. Kampanye dan Publikasi Pendidikan Inklusif
  7. Regulasi,, Kebijakan, Panduan, Juknis
  8. Pengembangan model/percontohan
  9. Pengembangan Pusat Sumber
  10. Pengahargaan, anugerah, festival, dll
  11. Pemberian bantuan Sosial
  12. Penguatan Pangkalan data dan Informasi (PADATI)
  13. Pengembangan jejaring (networking)
  14. Monitoring dan evaluasi
(Berbagai sumber)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar