Kamis, 19 September 2013

BELAJAR QUR'AN BRAILLE


Braille adalah tulisan tangan sentuh yang digunakan tunanetra untuk membaca. Diciptakan oleh seorang Perancis, bernama Louis Braille. Saya mulai mempelajari tulisan ini sejak menginjak semester 3 Pendidikan Luar Biasa. Awalnya sulit, tapi ketika kamu mulai jatuh cinta.. semua jadi terasa menyenangkan :)

Braille mempunyai 6 titik timbul.Dengan penomeran sebagai berikut,


Keenam titik tersebut dapat disusun sedemikian rupa hingga menciptakan berbagai macam kombinasi. Cotoh, titik 1 untuk huruf A, titik 2,3,4,5 untuk huruf T, dsb.

Braille dibaca dari kiri ke kanan dan dapat melambangkan abjad, tanda baca, angka, tanda musik, simbol matematika, dan lain sebagainya. Dan yang akan saya bahas pada tulisan kali ini adalah mengenai rumusan penulisan huruf hijaiyyah dalam braille.

Sabtu, 07 September 2013

cerpen : NAMAKU MAHASISWA










12 Juni 2013,
Teruntuk anakku diperantauan..
apa kabar anak emak?
cah bagus, pulanglah nak. Emak, Bapak sudah payah, tak kuat bekerja. Bapak sakitnya makin parah. Sudah udzur orangtuamu ini. Emak amat butuh kamu. Pulang nak.. bantu pekerjaan di desa. Sudahi kuliahmu demi emak bapak di kampung..

                                              Emakmu, Siti Aminah

Pulang kuliah aku menerima surat dari emak. Hal yang jarang kuterima. Jarak kantor pos dari desaku cukup jauh. Dan lagi emak mungkin tak kuat mengayuh sepeda sampai kesana. Pasti emak menitipkan surat itu pada tetangga untuk mengirimkannya pada alamat yang pernah kuberi dulu. Awalnya aku sumringah. Namun itu hanya beberapa saat. Saat kubaca surat singkat itu ternyata isinya amat menyesakkan. Emak bilang, aku disuruh pulang. Bapakku sakit-sakitan dan sudah tak bisa lagi bekerja. Pulang, bukan berarti pulang beberapa hari saja. Aku didawuhinya untuk berhenti kuliah. Berhenti kuliah yang mana kuartikan, berhenti berjuang. Ah, apa iya ? apa harus ?

Senin, 02 September 2013

DIFABEL DI NEGERI INI

Negeriku, Negerimu, Negeri Kita..
Setiap orang berhak atas kehidupan layak. Pengakuan dan perhatian sekitar seringkali jadi hal paling sensitif. Siapa pula yang sanggup jika terus menerus dicibir di negeri sendiri? Siapa pula yang hatinya tak nyeri bila saudara sebangsanya saja tak pernah mau tau tentang keadaannya hari ini?. Ketika masih banyak saudara kita, penyandang disabilitas kesulitan memperoleh pekerjaan, sebagian kita yang katanya sebangsa malah terlihat duduk santai saja menganggap hal itu tak perlu diprioritaskan. Padahal sila kelima, “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”, katanya. 
 
Sementara diluar sana, banyak orang berkampanye tentang kesejahteraan dan keadilan. Janji dikoar-koarkan, sampai hari ini kesemuanya hanya berhenti dimulut. Tertelan, dan semua kenyang hanya dengan harapan-harapan semu.