Demi perasaan ini, ku terdiam menahan pilu.
Menahan butiran air mata yang mendesak ingin bebas.
Ku tahan, ku kekang, dan ku bungkam.
maka, semakin terasa keperihannya.
Menusuk, dan membuatku tak berdaya.
Tanpamu, ku sempat terkulai lesu dalam hariku.
Menahan butiran air mata yang mendesak ingin bebas.
Ku tahan, ku kekang, dan ku bungkam.
maka, semakin terasa keperihannya.
Menusuk, dan membuatku tak berdaya.
Tanpamu, ku sempat terkulai lesu dalam hariku.
Saat itu aku berada di ambang gerbang sekolah, memperhatikan satu persatu wajah teman-temanku yang melintas. Disitu, banyak sekali raut yang kutangkap. Ada raut gembira, sedih, kecewa, bahkan perpaduan dari ketiganya. Namun, satu hal yang membuatku amat tersiksa, bahkan keluh tak pernah terlewatkan saat melihatnya. Ada dendam keirian mendalam yang merayap di benak, yang lamat-lamat menyusup dalam kalut jiwaku.